Mencari Kebenaran Menurut Ilmu, Filsafat, dan Agama

 

Oleh: Rona Almos*

Kebenaran adalah keadaan atau hal yang cocok dengan keadaan atau hal yang sesungguhnya. Pernyataan yang pasti, dan tidak dapat dipungkiri lagi. Kita manusia selalu ingin tahu kebenaran, karena hanya kebenaranlah yang bisa memuaskan rasa ingin tahu kita, dengan kata lain tujuan pengetahuan ialah mengetahui kebenaran. Tujuan ilmu juga mencapai kebenaran, dalam ilmu, kita manusia ingin memperoleh pengetahuan yang benar, karena ilmu merupakan pengetahuan yang sistematis, maka pengetahuan yang dituju ilmu adalah pengetahuan ilmiah.

Menurut Latif (2014) dalam mencari kebenaran terdapat beberapa pendekatan, yaitu dengan pendekatan empiris, pendekatan rasional, pendekatan intuitif, pendekatan religius, dan pendekatan otoritas. Berikut dijelaskan masing-masing pendekatan dalam mencari kebenaran. Pendekatan Empiris Manusia mempunyai seperangkat indera yang berfungsi sebagai penghubung dirinya dengan dunia nyata, dengan indera yang dimilikinya manusia mampu mengenal berbagai hal yang ada di sekitarnya. Kenyataan seperti ini menyebabkan timbulnya anggapan bahwa kebenaran dapat diperoleh melalui penginderaan atau pengalaman. Bagi yang mempercayai bahwa penginderaan merupakan satu-satunya cara untuk memperoleh kebenaran disebut sebagai kaum empiris. Jadi, empiris itu artinya kelihatan jelas, ada 10 pembuktiannya, bias kitadengar, sentuh, berdasarkan pada hal-hal yang kelihatan dan sudah diuji kebenarannya. Secara lebih jelas dengan contoh berikut ini: api itu panas, es itu dingin, dan daun itu hijau.

Pendekatan Rasional Cara lain untuk mendapatkan kebenaran adalah dengan mengandalkan rasio, upaya ini sering disebut sebagai pendekatan rasional. Rasionalisme adalah pandangan bahwa kita mengetahui apa yang kita pikirkan dan bahwa akal mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan kebenaran dengan diri sendiri, atau bahwa pengetahuan itu diperoleh dengan cara membandingkan ide dengan ide Basman. Manusia merupakan makhluk hidup yang dapat berpikir, sehingga kemampuannya tersebut dapat menangkap ide atau prinsip tentang sesuatu yang pada akhirnya sampai kepada kebenaran, yaitu kebenaran rasional. Sebagai contoh berikut: ketika TV di rumah tidak berfungsi dengan baik maka dapat dipastikan komponen di dalam TV yang rusak atau sudah perlu diganti. Pemikiran tentang ada sesuatu yang tidak beres ini merupakan suatu hal rasional yang timbul dari fenomena dan dapat dipastikan pikiran rasional ini benar.

Pendekatan Intuitif Menurut Bergson intuitif merupakan suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Unsur utama bagi pengetahuan adalah kemukinan adanya sesuatu bentuk penghayatan langsung (intuitif). Pendekatan ini merupakan pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui proses penalaran tertentu. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Intuisi yang dialami oleh seseorang bersifat khas, sulit atau tidak bisa dijelaskan, dan tidak bisa dipelajari atau ditiru oleh orang lain. Bahkan seseorang yang pernah memperoleh intuisi sulit atau bahkan tidak bisa mengulang pengalaman yang sama. Misalnya, seorang yang sedang menghadapi suatu masalah secara tiba-tiba menemukan jalan pemecahan dari masalah yang dihadapi atau secara tiba-tiba seseorang memperoleh informasi mengenai peristiwa yang akan terjadi.

Pendekatan Religius Sebagai makhluk Tuhan yang diberi akal pikiran harus menyadari bahwa alam semesta beserta isinya ini diciptakan dan dikendalikan oleh kekuatan Tuhan. Upaya 11 untuk memperoleh kebenaran dengan jalan seperti ini disebut sebagai pendekatan religius. Contoh kebenaran religius adalah Alquran.

Pendekatan Otoritas Pendekatan otoritas ini adalah seseorang yang memiliki kelebihan tertentu dibandingkan dengan orang lain. Kelebihan-kelebihan tersebut bisa berupa kekuasaan, kemampuan intelektual, keterampilan, pengalaman, dan sebagainya. Memiliki kelebihan-kelebihan seperti itu disegani, ditakuti, ataupun dijadikan figur panutan. Apa yang mereka nyatakan akan diterima sebagai suatu kebenaran.

Pendekatan Ilmiah Pendekatan ilmuah bertumpu pada dua anggapan dasar, yaitu bahwa kebenaran dapat diperoleh dari pengamatan, bahwa gejala itu timbul sesuai dengan hubungan yang berlaku menurut hukum tertentu. Kebenaran ilmiah merupakan kebenaran yang muncul dari hasil penelitian ilmiah dengan melalui prosedur baku berupa tahap-tahapan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang berupa metodologi ilmiah yang sesuai dengan sifat dasar ilmu. Oleh karena itu, kebenaran ilmiah sering disebut sebagai kebenaran nisbi atau relatif. Sifat kebenaran ini sesuai dengan sifat keilmuan itu sendiri yang dapat berubah sesuai dengan perkembangan hasil penelitian, karena suatu teori pada masa tertentu bisa jadi merupakan kebenaran, tetapi pada masa berikutnya bisa jadi sebuah kesalahan besar. Contoh kebenaran ilmiah: bumi itu bulat dan tidak datar dan air mendidih pada 100°C. (*Dosen Sastra Minangkabau FIB Unand)

Posting Komentar

0 Komentar

Selamat datang di Website www.maestroinfo.id, Terima kasih telah berkunjung.. tertanda, Pemred: An Falepi